05 October 2023
Pepadhang Qolbu Volume 19
Bertingkat-tingkatnya Amal Ahlul Imam
Kontributor: A. Choiran Marzuki
Bertingkat-tingkatnya Amal Ahlul Imam
(Kitab Iman Bab 13)
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ قَالَ: حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ عَمْرِو بْنِ يَحْيَى الْمَازِنِيِّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: يَدْخُلُ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ ثُمَّ يَقُولُ اللهُ تَعَالَى: أَخْرِجُوا مِنْ النَّارِ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ. فَيُخْرَجُونَ مِنْهَا قَدْ اسْوَدُّوا فَيُلْقَوْنَ فِي نَهَرِ الْحَيَا أَوْ الْحَيَاةِ شَكَّ مَالِكٌ فَيَنْبُتُونَ كَمَا تَنْبُتُ الْحِبَّةُ فِي جَانِبِ السَّيْلِ أَلَمْ تَرَ أَنَّهَا تَخْرُجُ صَفْرَاءَ مُلْتَوِيَةً قَالَ وُهَيْبٌ حَدَّثَنَا عَمْرٌو الْحَيَاةِ وَقَالَ خَرْدَلٍ مِنْ خَيْرٍ.
Telah menceritakan kepada kami Isma’il, ia berkata, “Telah menceritakan kepada kami Malik, dari Amru bin Yahya al-Mazani, dari bapaknya, dari Abu Sa’id al-Khudri, dari Nabi saw, bahwa beliau bersabda, “Ahli surga telah masuk ke surga dan ahli neraka telah masuk ke neraka. Lalu Allah SWT berfirman, “Keluarkan dari neraka siapa yang di dalam hatinya ada iman sebesar biji sawi.” Maka mereka keluar dari neraka dalam kondisi yang telah menghitam gosong kemudian dimasukkan ke dalam sungai hidup atau kehidupan. -Malik ragu-. Lalu mereka tumbuh bersemi seperti tumbuhnya benih di tepi aliran sungai. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana dia keluar dengan warna kekuningan?” Wuhaib berkata, “Telah menceritakan kepada kami Amru, “Kehidupan.” Dan ia berkata, “Sedikit dari kebaikan.” (HR. Bukhari)
Ulasan Hadis
Hadis di atas mengajarkan pada kita tentang tingkatan iman dan amalan yang memiliki dampak signifikan terhadap kedudukan kita di akhirat. Iman, yang merupakan landasan pokok kehidupan seorang Muslim, memiliki kedalaman dan proporsi tertentu. Meskipun hadis tersebut menyebutkan iman sebesar biji sawi sebagai keimanan yang paling kecil, pentingnya kehadiran iman bahkan dalam jumlah kecil tersebut tetaplah besar. Ini menegaskan betapa pentingnya kita untuk memelihara dan memperkuat keimanan kita dalam setiap aspek kehidupan kita.
Namun, hadis ini juga mengingatkan kita bahwa keimanan saja tidak cukup. Meskipun iman yang sekecil biji sawi sudah bisa menyelamatkan seseorang dari neraka, amalan yang baik juga merupakan faktor penting. Kombinasi antara iman yang tulus dan amal saleh menjadi kunci untuk memperoleh kedudukan yang lebih tinggi di sisi Allah. Jadi, tidaklah cukup bagi kita hanya memiliki keimanan di dalam hati, tetapi kita juga harus mengamalkan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Hadis ini juga menggambarkan rahmat dan pengampunan Allah yang tak terbatas. Meskipun seseorang telah masuk ke dalam neraka, Allah memberikan peluang kepada mereka untuk dipindahkan ke surga jika ada iman dalam hati mereka, meskipun sebesar biji sawi. Hal ini menunjukkan bahwa Allah Maha Pengampun dan memberi kesempatan kepada hamba-Nya untuk memperbaiki diri dan mendapatkan ampunan-Nya. Pesan ini mengajarkan pada kita untuk tidak pernah berputus asa dari rahmat Allah dan selalu berharap pada-Nya, bahkan dalam keadaan terburuk sekalipun.
Pada saat yang sama, hadis ini juga menggunakan metafora benih yang tumbuh di tepi aliran sungai. Gambaran ini menggambarkan bahwa keimanan dan amalan kita dapat tumbuh dan berkembang seiring waktu. Seperti benih yang tumbuh dengan subur dan kuat di dekat sungai yang mengalir, kita juga harus berusaha untuk terus meningkatkan kualitas keimanan dan amalan kita agar bisa mencapai kemajuan dan kedekatan dengan Allah. Melalui upaya dan ketekunan, kita dapat melihat pertumbuhan spiritual dan perkembangan diri yang lebih baik.
Selain itu, hadis ini juga memberikan harapan dan optimisme kepada kita. Meskipun seseorang mungkin telah mengalami kesalahan dan kegelapan di dunia ini, Allah memberikan peluang kepada mereka untuk tumbuh dan berubah. Allah menggambarkan bahwa orang-orang yang keluar dari neraka akan tumbuh dengan warna kekuningan, menunjukkan harapan dan kemajuan dalam perjalanan spiritual mereka. Pesan ini mengajarkan pada kita untuk tidak berputus asa dan selalu yakin bahwa Allah senantiasa memberikan jalan keluar dan kemajuan bagi mereka yang sungguh-sungguh berusaha dan memiliki keyakinan yang kuat.
Dengan memahami hikmah dari hadis ini, kita dapat memperkuat keimanan, melaksanakan amalan yang baik, dan memiliki keyakinan yang kukuh akan rahmat dan ampunan Allah. Semoga kita semua bisa meneladani ajaran ini dalam kehidupan sehari-hari dan mencapai kedudukan yang lebih tinggi di akhirat.
Hikmah dan Inspirasi
Berikut adalah sebagian hikmah dan inspirasi yang bisa kita dapatkan dari hadis ini, di antaranya:
1. Pentingnya Iman bahkan dalam Jumlah yang Kecil
Hadis ini mengajarkan pada kita bahwa kehadiran iman dalam hati adalah faktor penting yang dapat menyelamatkan seseorang dari neraka. Meskipun iman sebesar biji sawi dianggap sebagai iman yang paling kecil, hal ini menegaskan bahwa tidak ada ukuran yang terlalu kecil untuk keimanan. Ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga dan memperkuat keimanan kita dalam setiap aspek kehidupan.
2. Kombinasi Iman dan Amal Saleh
Selain keimanan, amal saleh juga memiliki peran penting dalam mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi di sisi Allah. Hadis ini mengajarkan bahwa iman yang tulus dan amalan yang baik saling melengkapi. Kita tidak hanya perlu memiliki keimanan di dalam hati, tetapi juga harus mengamalkan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Ini mengingatkan kita akan pentingnya menjalankan amalan yang sesuai dengan keimanan kita.
3. Rahmat dan Ampunan Allah yang Tak Terbatas
Hadis ini menggambarkan bahwa Allah adalah Maha Pengampun dan memberikan peluang kepada hamba-Nya untuk mendapatkan ampunan-Nya. Meskipun seseorang telah masuk ke dalam neraka, Allah memberikan kesempatan kepada mereka untuk dipindahkan ke surga jika ada iman dalam hati mereka, walaupun sekecil biji sawi. Pesan ini mengajarkan pada kita untuk tidak pernah berputus asa dari rahmat Allah dan selalu berharap pada-Nya, bahkan dalam keadaan terburuk sekalipun. Ini mengingatkan kita akan kasih sayang Allah yang tak terbatas dan ampunan-Nya untuk mengubah takdir kita.
4. Pertumbuhan dan Perkembangan Spiritual
Hadis ini menggunakan metafora benih yang tumbuh di tepi aliran sungai untuk menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan keimanan dan amalan kita. Seperti benih yang tumbuh subur dan kuat di dekat sungai yang mengalir, kita juga harus berusaha untuk terus meningkatkan kualitas keimanan dan amal saleh kita agar bisa mencapai pertumbuhan spiritual dan kedekatan dengan Allah. Ini mengingatkan kita akan pentingnya mengembangkan diri secara terus-menerus dalam perjalanan spiritual kita.
5. Harapan dan Kemajuan dalam Perubahan Diri
Hadis ini memberikan harapan dan optimisme kepada kita. Meskipun seseorang mungkin telah mengalami kesalahan dan kegelapan di dunia ini, Allah memberikan peluang kepada mereka untuk tumbuh dan berubah. Allah menggambarkan bahwa orang-orang yang keluar dari neraka akan tumbuh dengan warna kekuningan, menunjukkan harapan dan kemajuan dalam perjalanan spiritual mereka. Pesan ini mengajarkan pada kita untuk tidak berputus asa dan selalu memercayai bahwa Allah senantiasa memberikan jalan keluar dan kemajuan bagi mereka yang sungguh-sungguh berusaha dan memiliki keyakinan kepada-Nya.
Dengan memahami dan menghayati hikmah dan inspirasi ini, kita dapat merenungkan dan mengaplikasikan ajaran-ajaran ini dalam kehidupan sehari-hari. Semoga Allah memberikan kita kemampuan untuk menguatkan keimanan, meningkatkan amal saleh kita, dan meraih kedudukan yang lebih tinggi di sisi-Nya.
*
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدِ اللهِ قَالَ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ صَالِحٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ بْنِ سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: بَيْنَا أَنَا نَائِمٌ رَأَيْتُ النَّاسَ يُعْرَضُونَ عَلَيَّ وَعَلَيْهِمْ قُمُصٌ مِنْهَا مَا يَبْلُغُ الثُّدِيَّ وَمِنْهَا مَا دُونَ ذَلِكَ وَعُرِضَ عَلَيَّ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ وَعَلَيْهِ قَمِيصٌ يَجُرُّهُ. قَالُوا: فَمَا أَوَّلْتَ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: الدِّينَ.
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ubaidillah, ia berkata, “Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa’d dari Shalih dari Ibnu Syihab dari Abu Umamah bin Sahal bin Hunaif bahwasanya dia mendengar Abu Sa’id al-Khudri berkata, “Rasulullah saw bersabda, “Ketika aku tidur, aku bermimpi melihat orang-orang ditampakkan kepadaku. Mereka mengenakan baju, di antaranya ada yang sampai kepada buah dada dan ada yang kurang dari itu. Dan ditampakkan pula kepadaku Umar bin Khaththab dan dia mengenakan baju dan ia seret.” Para sahabat bertanya, “Apa maksudnya hal demikian menurut engkau, wahai Rasulullah?” Beliau saw menjawab, “Agama.” (HR. Bukhari)
Ulasan Hadis
Hadis ini mengajarkan pada kita akan esensi sejati agama (ad-Din) melalui mukjizat mimpi yang dialami oleh Rasulullah saw. Dalam tidurnya, beliau bermimpi melihat sekelompok orang yang mengenakan berbagai macam baju. Ada yang baju mereka mencapai buah dada, sementara yang lainnya lebih pendek. Saat Umar bin Khaththab hadir, dia memakai baju yang menyeret di tanah. Para sahabat penasaran dan bertanya tentang makna mimpi beliau.
Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam kitab Fathul Bari memberikan ulasan yang melengkapi pemahaman kita terhadap hadis ini. Dalam penjelasannya, Imam Ibnu menguraikan detail bahasa dan memberikan interpretasi tentang kata-kata yang digunakan dalam hadis tersebut. Hal ini membantu kita mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam dan memperkaya keterkaitan antara dimensi intelektual dan spiritual.
Dalam hadis ini, kata “bayna” digunakan dalam pengantar menceritakan mimpi Rasulullah saw. Penggunaan kata ini, meskipun kontroversial, memberikan kekuatan penggambaran mimpi tersebut. Kata “thudhiyyah” digunakan untuk menggambarkan panjang baju yang mencapai buah dada. Meskipun kata ini umumnya digunakan dalam konteks perempuan, hadis ini menunjukkan bahwa penggunaannya mencakup laki-laki juga, menguatkan argumen ini melalui penggunaan kata tersebut dalam hadis yang sama. Selain itu, Imam Ibnu Hajar membahas perdebatan seputar pemaknaan kata tersebut, mencatat bahwa ada pendapat yang menganggap penggunaannya untuk payudara laki-laki sebagai majaz (kiasan).
Pemahaman dari hadis ini dapat diperkaya dengan melihat konteks sosial saat ini. Meskipun baju yang dipakai oleh orang-orang dalam mimpi Rasulullah saw mungkin menggambarkan perbedaan dalam amal perbuatan dan tingkat keimanan, kita juga dapat menginterpretasikan makna simbolis yang lebih luas. Baju yang mencapai buah dada dapat mencerminkan seseorang yang memiliki keimanan dan amal yang kuat, sementara yang lebih pendek mungkin mencerminkan keimanan dan amal yang masih perlu ditingkatkan.
Dalam konteks masyarakat modern yang kompleks, hadis ini mengajarkan kepada kita pentingnya kesederhanaan, introspeksi, dan peningkatan diri. Meskipun kita mungkin memiliki perbedaan dalam tingkat keimanan dan amaliah, kita semua dihadapkan pada tantangan dan peluang untuk memperbaiki diri. Mimpi Rasulullah saw dan penjelasan dari Imam Ibnu Hajar mengingatkan kita untuk terus memeriksa dan memperbaiki jalan hidup kita.
Hikmah dan Inspirasi
Berikut adalah beberapa hikmah dan inspirasi yang bisa kita ambil dari hadis tersebut, di antaranya:
1. Pentingnya Kesederhanaan
Hadis ini mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga kesederhanaan dalam kehidupan. Meskipun ada perbedaan dalam tingkat keimanan dan amaliah, kehidupan yang sederhana dan tidak berlebihan dalam hal materi dapat membantu kita tetap fokus pada esensi agama dan menghindari kesombongan.
2. Tantangan dan Peluang
Hadis ini mengajarkan pada kita bahwa setiap orang dihadapkan pada tantangan dan peluang untuk memperbaiki diri dalam hal keimanan dan amal saleh. Mimpi Rasulullah saw memperlihatkan kepada kita bahwa tidak ada kepastian tentang sejauh mana seseorang telah mencapai ketakwaan. Oleh karena itu, kita perlu terus mendorong diri kita sendiri untuk meningkatkan keimanan dan amal saleh kita.
3. Introspeksi Diri
Hadis ini mengajak kita untuk melakukan introspeksi diri dan mengkaji kembali keimanan dan amal kita. Saat melihat orang-orang dengan berbagai tingkat iman dan amal, kita seharusnya tidak membandingkan diri kita dengan orang lain, melainkan melihat pada diri sendiri dan upaya kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah.
4. Keberkahan dalam Keimanan
Mimpi Rasulullah saw menunjukkan bahwa keimanan dan ketakwaan adalah sumber keberkahan dalam hidup. Dalam menjalani kehidupan, kita harus mengutamakan pembangunan keimanan dan memperkuat hubungan kita dengan Allah. Dengan demikian, kita akan memperoleh keberkahan dan kehidupan yang penuh makna.
5. Penghargaan terhadap Proses
Hadis ini mengajarkan pada kita untuk menghargai proses perkembangan dan perbaikan diri dalam hal keimanan dan amaliah. Tidak semua orang berada pada tahap yang sama, dan setiap langkah kecil yang kita ambil menuju kebaikan merupakan kemajuan yang berharga. Kita perlu memberikan waktu bagi diri kita sendiri untuk tumbuh dan berkembang, sambil tetap berkomitmen untuk terus meningkatkan diri.
6. Keseimbangan antara Dunia dan Akhirat
Hadis ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat. Meskipun kita hidup di dunia yang fana, kita harus tetap fokus pada tujuan akhirat dan memprioritaskan pencapaian kebahagiaan abadi. Dengan menjalankan ajaran agama dengan baik dan menjaga keseimbangan ini, kita dapat mencapai kehidupan yang harmonis dan berbahagia di dunia dan akhirat.
Dengan memahami dan mengambil hikmah serta inspirasi dari hadis ini, kita dapat memperkuat keimanan kita, meningkatkan kualitas hidup, dan menghadapi tantangan kehidupan dengan lebih optimis. Semoga ini bermanfaat bagi kita semua dalam perjalanan spiritual kita.
InsyaAllah bersambung l