16 November 2023
PEPADHANG QOLBU Volume 25
Perbuatan Maksiat Merupakan Kebiasaan Jahiliyah, Namun Pelakunya Tidak Dikafirkan karena Kemaksiatannya
(Kitab Iman, Bab 20)
Kontributor: A. Choiran Marzuki
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ وَاصِلٍ الْأَحْدَبِ عَنِ الْمَعْرُورِ بْنِ سُوَيْدٍ قَالَ: لَقِيتُ أَبَا ذَرٍّ بِالرَّبَذَةِ وَعَلَيْهِ حُلَّةٌ وَعَلَى غُلَامِهِ حُلَّةٌ فَسَأَلْتُهُ عَنْ ذَلِكَ فَقَالَ: إِنِّي سَابَبْتُ رَجُلًا فَعَيَّرْتُهُ بِأُمِّهِ. فَقَالَ لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا أَبَا ذَرٍّ أَعَيَّرْتَهُ بِأُمِّهِ إِنَّكَ امْرُؤٌ فِيكَ جَاهِلِيَّةٌ إِخْوَانُكُمْ خَوَلُكُمْ جَعَلَهُمْ اللهُ تَحْتَ أَيْدِيكُمْ فَمَنْ كَانَ أَخُوهُ تَحْتَ يَدِهِ فَلْيُطْعِمْهُ مِمَّا يَأْكُلُ وَلْيُلْبِسْهُ مِمَّا يَلْبَسُ وَلَا تُكَلِّفُوهُمْ مَا يَغْلِبُهُمْ فَإِنْ كَلَّفْتُمُوهُمْ فَأَعِينُوهُمْ.
Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb, ia berkata, “Telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Washil al-Ahdab dari Ma’rur bin Suwaid, ia berkata, “Aku bertemu Abu Dzarr di Rabdzah yang saat itu mengenakan pakaian dua lapis, begitu juga anaknya, maka aku tanyakan kepadanya tentang itu, maka dia menjawab, “Aku telah menghina seseorang dengan cara menghina ibunya, maka Nabi saw menegurku, “Wahai Abu Dzarr, apakah kamu menghina ibunya? Sesungguhnya kamu masih memiliki (sifat) jahiliyyah. Saudara-saudara kalian adalah tanggungan kalian, Allah telah menjadikan mereka di bawah tangan kalian. Maka siapa yang saudaranya berada di bawah tangannya (tanggungannya) maka jika dia makan berilah makanan seperti yang dia makan, bila dia berpakaian berilah seperti yang dia pakai, janganlah kalian membebani mereka sesuatu yang di luar batas kemampuan mereka. Jika kalian membebani mereka, maka bantulah mereka.” (HR. Bukhari).
Ulasan Hadis
Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani menjelaskan bahwa hadis ini mengingatkan kita tentang betapa pentingnya menjaga hubungan sosial dengan adil dan penuh empati. Meskipun perbuatan maksiat dianggap sebagai kebiasaan jahiliyah, pelakunya tidak dikafirkan karena maksiat yang dilakukan. Namun, hadis ini menekankan pentingnya menghindari perbuatan maksiat dan memperbaiki diri secara spiritual. Rasulullah saw menegur Abu Dzarr untuk menyadarkannya bahwa menghina ibu seseorang adalah tindakan yang tidak bisa diterima dan mencerminkan sifat jahiliyah yang masih ada dalam dirinya.
Dalam konteks sosial saat ini, hadis ini memiliki makna yang mendalam. Kita hidup dalam masyarakat yang beragam dengan perbedaan latar belakang, suku, agama, dan budaya. Ulasan hadis ini mengingatkan kita akan pentingnya menghormati dan memahami sesama manusia, terlepas dari perbedaan yang ada. Sebagai umat Islam, kita diajarkan untuk menjadi teladan yang baik dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Selain itu, hadis ini juga mengajarkan pentingnya memahami tanggung jawab kita terhadap saudara-saudara kita. Kita dituntut untuk saling membantu dan saling menghormati dalam konteks keluarga, komunitas, dan masyarakat. Memberikan dukungan dan menghilangkan beban bagi mereka yang berada di bawah tanggungan kita adalah tindakan yang sangat ditekankan.
Dalam dimensi spiritual, hadis ini mengajarkan pentingnya introspeksi diri dan meningkatkan kesadaran terhadap kebaikan dan keburukan. Rasulullah saw menunjukkan kepada Abu Dzarr bahwa menghina ibu seseorang adalah perbuatan yang tidak bermoral dan tidak pantas dilakukan oleh seorang Muslim. Oleh karena itu, kita perlu terus berusaha meningkatkan pemahaman dan kesadaran spiritual kita agar dapat memperbaiki diri dan meninggalkan sifat-sifat jahiliyah yang masih ada dalam diri kita.
Dalam ayat al-Qur’an yang dikutip oleh Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Allah mengingatkan kita bahwa Dia tidak akan mengampuni dosa syirik, tetapi Dia akan mengampuni segala dosa selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Ini menggambarkan kemurahan dan pengampunan Allah kepada hamba-Nya yang bertaubat dan memperbaiki diri.
Dalam konteks kehidupan modern, kita perlu mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung dalam hadis ini. Dengan menjaga hubungan sosial yang baik, menghormati sesama manusia, dan meningkatkan kesadaran spiritual, kita dapat memperkuat ikatan persaudaraan, menciptakan harmoni dalam masyarakat, dan menerangi hati dengan cahaya Islam.
Hikmah dan Inspirasi
Berikut ini adalah di antara hikmah dan inspirasi yang dapat kita ambil dari hadis ini dalam konteks keimanan dan kehidupan modern:
1. Hikmah dalam Konteks Keimanan
l Menghindari perbuatan maksiat: Hadis ini mengingatkan kita akan pentingnya menjauhi perbuatan maksiat dan memperbaiki diri. Dalam konteks keimanan, perbuatan maksiat dapat melemahkan ikatan kita dengan Allah. Oleh karena itu, hadis ini mengajarkan pentingnya menjaga kesucian hati dan memperbaiki diri agar lebih dekat dengan Allah.
l Menghindari sifat-sifat jahiliyah: Rasulullah saw menegur Abu Dzarr dengan menyebutkan bahwa dia masih memiliki sifat jahiliyah. Hal ini mengingatkan kita untuk terus berupaya meningkatkan pemahaman dan kesadaran spiritual kita. Dalam konteks keimanan, kita perlu menghilangkan sifat-sifat negatif dalam diri kita dan menggantinya dengan sifat-sifat yang terpuji.
2. Inspirasi dalam Konteks Kehidupan Modern
l Menghormati dan memahami sesama: Hadis ini mengajarkan pentingnya menghormati dan memahami orang lain, terlepas dari perbedaan yang ada. Dalam kehidupan modern yang multikultural dan beragam, menghormati kesetaraan, menghargai perbedaan, dan membangun hubungan sosial yang baik adalah kunci untuk menciptakan harmoni dan perdamaian dalam masyarakat.
l Menjaga tanggung jawab sosial: Hadis ini mengingatkan kita tentang tanggung jawab kita terhadap saudara-saudara kita. Dalam kehidupan modern, kita perlu mengedepankan rasa empati dan kepedulian terhadap mereka yang membutuhkan bantuan. Memberikan dukungan, membantu mengurangi beban, dan memperjuangkan keadilan sosial adalah wujud nyata dari tanggung jawab sosial yang kita miliki.
l Meningkatkan kesadaran diri: Hadis ini mengajarkan pentingnya introspeksi diri dan meningkatkan kesadaran terhadap perbuatan kita. Dalam kehidupan modern yang serba sibuk, kita perlu meluangkan waktu untuk merenungkan tindakan dan niat kita. Dengan meningkatkan kesadaran diri, kita dapat menghindari perbuatan yang buruk, memperbaiki diri, dan tumbuh dalam kebaikan.
l Menerangi hati dengan cahaya Islam: Hadis ini mengajarkan pentingnya menjaga spiritualitas kita dan meningkatkan pemahaman agama. Dalam kehidupan modern yang sering kali penuh dengan tekanan dan kegelisahan, merawat hati dan memperkuat ikatan kita dengan Allah melalui pemahaman dan amalan agama adalah cara untuk menemukan ketenangan dan kebahagiaan sejati.
Dengan memahami dan mengaplikasikan hikmah serta inspirasi yang terkandung dalam hadis ini, kita dapat memperkuat iman kita, membangun hubungan sosial yang harmonis, dan mencapai keseimbangan antara dimensi spiritual dan kehidupan modern.
InsyaAllah bersambung.