21 April 2025
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Bantul, Prof Dr H Riyanta M.Hum mengajak warga NU untuk mengarahkan putra-putrinya masuk dalam jam’iyah NU di setiap tingkatan kepengurusan, baik tingkat MWC atau Muslimat, ranting, anak ranting, maupun badan otonom NU, Gerakan Pemuda Ansor Banser, Fatayat, Pagar Nusa, Jatman, Pergunu, IPNU dan IPPNU.
“Keikut-sertaan warga NU dalam kepengurusan jam’iyah adalah dalam rangka menjamin ajaran Islam ala ahlussunnah wal jamaah di wilayah kabupaten Bantul akan tetap terjaga, baik di masa-masa sekarang maupun di masa yang akan datang,” ungkapnya
Hal tersebut disampaikan pada kegiatan Halal bi Halal 1446 Hijriyah PCNU Bantul, di halaman kantor PCNU Bantul, Jl. Marsda Adisucipto No.45, Bantul, Ahad (20/4/2025).
Beliau juga mengajak para hadirin untuk ikut mendukung Gerakan KOIN NU. “PCNU telah kerjasama dengan NU Online dalam rangka Gerakan KOIN NU, yang bisa diikuti oleh semua warga masyarakat NU di mana saja,” tambah Riyanta.
Kegiatan Halal bi Halal PCNU Bantul tahun ini sekaligus dibarengkan dengan acara pamitan haji jamaah nahdliyin se-kabupaten Bantul serta pembukaan Pengajian Ahad Pahing.
KH Drs Murtadlo mengemukakan dalam tausiahnya bahwa pengajian Ahad Pahing adalah pengajian umum tertua yang masih berjalan hingga kini di Bantul. “Pengajian Ahad Pahing bahkan bisa dibilang pengajian paling bergengsi, sebab pendirinya adalah KH Abdul Qodir Munawwir, yang dilanjutkan KH Ali Maksum dan KH Mufid Mas'ud,” ungkapnya.
Sebagai kajian awal dalam Pengajian Ahad Pahing, Syuriah PCNU Bantul tersebut kemudian menyampaikan kajian tafsir Al Ibriz.
Kajian kedua dalam Pengajian Ahad Pahing disampaikan Prof DR KH Abdul Mustaqim. Guru Besar di Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta ini menyampaikan tiga petuah dari para winasis (cerdik pandai), para filsuf Jawa. Yakni 1) “sirna dalaning pati”dalam makna supaya kita menghilangkan sifat iri hati dan benci kepada siapa saja; 2) “nursifat” yang bermakna supaya kita bisa menjadi nur (penerang) bagi siapa saja, menjadi orang yang bermanfaat bagi sekitar; dan 3) “kebak tanpo luber” maksudnya kita harus hidup biasa-biasa saja. Sekaya apapun punya harta, setinggi apapun ilmu dan pangkat, jangan terlihat menunjukan diri tetaplah sederhana.
Dalam kesempatan yang sama, tausiah selanjutnya disampaikan KH Muslih Nahrowi (Pengasuh Pesantren Al Istiqomah Tanuditan, Trirenggo Bantul). Beliau menegaskan menurut cerita-cerita para para kasepuhan dan muassis NU Bantul bahwa perkembangan Nahdlatul Ulama di Kabupaten Bantul itu medianya lewat pengajian Ahad Pahing.
“Kajian rutin tafsir Al Ibriz di pengajian Ahad Pahing itu dahulu yang memulai sejak KH Abdul Qodir Munawwir tahun 1955, lalu dilanjutkan KH Ali Maksum-- pernah menjadi Rais Aam PBNU. Sepeninggal KH Ali Maksum, Pengajian Ahad Pahing diasuh oleh Kiai Mufid Mas’ud (*pendiri PP Pandanarang Sleman Yogyakarta), lalu berlanjut KH Nawawi Abdul Azis (*pendiri PP An-Nur Ngrukem), KH Humam Bajuri (*pendiri PP Al Imdad), KH Mabarun (*pendiri PP Al-Fataa Krajan Bantul), KH Chudori Abdul Azis (*pengasuh PP An-Nur Ngrukem), lalu hingga sekarang diampu oleh Kiai Damanhuri dan Kiai Murtadlo,” terang Kiai Muslih.
Kiai Muslih Nahrowi menceritakan bahwa menurut kasepuhan NU sejak dahulu perjalanan pengajian Ahad Pahing itu luar biasa. Sejak mulai pertama kali diasuh Kiai Abdul Qodir Munawwir dan Kiai Abdurahman--ayahanda Kiai Mabarun hingga periode sebelum 1970-an.
“Sebelum tahun 1970-an, pengajian Ahad Pahing itu luar biasa --kalau anak-anak sekarang menyebutnya viral. Kenapa viral? Karena seusai jebluk peristiwa PKI, orang-orang desa kalau mau selamat dan tidak dianggap sebagai PKI, ya.. datang di Ahad Pahing-an. Rentang 1965-1970, pengajian Ahad Pahing itu booming sekali. Pengunjungnya luar biasa, ribuan jamaahnya dan dari mana-mana,” terang Kiai Muslih Nahrowi.
Acara yang berlangsung sejak pagi hingga siang itu memang menyajikan tausiah dari beberapa kiai. Seusai KH Muslih Nahrowi, tausiah dilanjutkan oleh KH. Maimun Mabarun.
Pengasuh Pondok Pesantren Gemahan Bantul ini memulai tausiah dengan menyampaikan apresiasi kepada kepengurusan PCNU Bantul yang telah memfasilitasi dan memulai kembali pengajian Ahad Pahing di lokasi induknya, karena Ahad Pahing adalah pengajiannya PCNU Bantul.
Sebagai pungkasan tausiah, Kiai Maimun Mabarun mendedahkan tentang pentingnya untuk takzim dan ‘nderek’ (=ikut) para ulama dan kiai. Sebagai santri, mengikuti dawuh (=ucapan) kiai merupakan hal yang perlu dipegang teguh dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Kontributor: Markaban Anwar