28 June 2022
Majlis Dzikir dan Sholawat Rijalul Ansor kembali digelar oleh Pengurus Ranting Ansor Wonokromo, kali ini diadakan di Mushola Al Husein Jejeran 1, Wonokromo, Pleret, Bantul, Ahad (25/6/2022) malam.
Kegiatan ini telah berjalan yang ke-empat kalinya. Dihadiri oleh Pengurus Anak Ranting, Ketua Tanfidziyah Ranting NU Wonokromo Kiai Budi Suprapto, S.Ag, Ketua Tanfidziyah MWCNU Pleret Dr. Imam Muchsin, Rois Syuriah MWCNU Pleret Kiai Jakfar Shodiq, Dukuh Jejeran-1 Mustamit, Babinsa dan Babinkamtibmas Wonokromo, dan seluruh anggota Ansor Banser Ranting Wonokromo.
Adapun rangkaian acara dalam kegiatan ini yakni pembukaan, pembacaan Kalam Illahi, sambutan-sambutan, pembacaan tahlil dan Sholawat al-Barzanji, mauidhoh hasanah, dan ditutup dengan do’a.
Ketua Ranting Ansor Wonokromo, Ibnus Sakan al-Faishol dalam pidato sambutan menyampaikan bahwa kegiatan Rijalul Ansor ini dimaksudkan sebagai ajang syiar Islam keAswajaan di masyarakat.
“Kegiatan ini sebagai ajang dakwah, promosi gerakan Pemuda Ansor supaya para pemuda nantinya bisa tertarik ikut bergabung di GP Ansor. Saya berharap kegatan ini juga akan menjadi salah satu banteng aqidah Aswaja pada kalangan muda yang saat ini banyak digrogoti oleh paham wahabi melalui semboyan hijrahnya,” tuturnya.
Sedangkan Dukuh Jejeran-1 Mustamit mengatakan ‘’Kami sangat senang dengan adanya kegiatan-kegiatan ini. Kami berharap para pemuda khususnya di Dusun Jejeran-1 ini semuanya bisa bergabung di GP Ansor dan sekaligus Bansernya.’’
Dalam sambutannya, Kiai Budi Suprapto menyampaikan dukungan dan ungkapan apresiasi atas kegiatan GP Ansor. “Kegiatan Rijalul Ansor menjadi gerakan menyiapkan kader penerus. Ranting NU Wonokromo telah memprogramkan sharing anggaran hasil Koin NU yang masuk di Ranting NU sebesar 15 % untuk GP Ansor,” terang beliau.
Dalam acara pembacaan tahlil dipimpin oleh KH. Jawis Masruri, pengasuh PP Amumarta Jejeran-1. Lazimnya tahlil, diawali berdoa kepada Alloh SWT dengan pembacaan Suratul Fatihah yang pahalanya akan dihadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan dzuriatnya, para Nabiyullah, para wali, para alim ulama pendahulu, para muassis Nahdlatul Ulama, serta para leluhur seluruh jamaah yang hadir.
KH. Jawis Masruri juga menambahkan bahwa hadiah pahala Fatihah akan diperuntukkan kepada almaghfurllah Mbah Kiai Kholil Wonokromo. Alasannya karena Mbah Kholil Wonokromo adalah muassis NU pertama kali di Yogyakarta.
“NU pertama kali di Yogyakarta bukan di Pondok Pesantren al-Imam tetapi yang benar di Masjid Wonokromo tahun 1829 (saat ini Masjid Taqwa) oleh Mbah Kholil (Jureni) yang merupakan santri Mbah Sholeh Darat Semarang. Mbah Kholil Jureni ditugasi Mbah Sholeh Darat untuk mengajarkan Kitab Alfiyatut Tauhid di Yogyakarta, yakni di Wonokromo. Kitab tersebut adalah kitab yang dikaji oleh Mbah Sholeh Darat saat di Makkah dengan gurunya Imam Abu Hamnah. Kitab ini telah diterbitkan di Bombay India pada tahun 1883,” cerita Kiai Jawis Masruri.
“Pada saat itu belum ada yang disebut PWNU atau PCNU, tetapi hanya sebutan NU Jogja dengan Rois Syuriah Mbah Kiai Nawawi Jejeran dan Tanfidziyahnya Mbah Kiai Imam, pendiri PP al-Imam Wonokromo,’’ imbuhnya.
Setelah pembacaan tahlil lanjut dlanjutkan pembacaan sholawat al-Barzanji oleh Gus Abdul Haris, pengasuh PP Nurul Istadz Wonokromo.
Gus Abdul Haris, yang sekaligus Ketua Bidang Rijalul Ansor, memperkenalkan Sholawat Barokah karangannya sendiri yang syairnya sebaga berikut:
Urep penak sarwa kepenak berkahe Nabi
Urep susah tetep kepenak berkahe Nabi
Ngamal akeh diterima berkahe Nabi
Dosa sak gunung dingapuro berkahe Nabi
Kurang bejo opo urip neng ndonya
Awit lahir dados umate Nabi 2x
Mlaku apik istiqomah berkahe Nabi
Mlaku ala dipernahno berkahe Nabi
Ati anteng eling Gusti berkahe Nabi
Urep peteng dadi padang berkahe Nabi
Kurang bejo opo urip neng ndonya
Awit lahir dados umate Nabi 2x
Negara aman ibadah tenang berkahe Nabi
Keluarga akur guyup rukun berkahe Nabi
Anak akeh sholih sholihah berkahe Nabi
Akhire pejah husnulkhotimah berkahe Nabi
Kurang bejo opo urip neng ndonya
Awit lahir dados umate Nabi 2x
Usai pembacaan sholawat disambung mauidhoh hasanah yang disampaikan oleh Rois Syuriah MWCNU Pleret Kiai Jakfar Shodiq.
Beliau menyampaikan: “Kita sebagai jam’iyah Nahdlatul Ulama harus mau dan mampu handarbeni. Maksudnya menjaga aqidah, ajaran dan tradisi Islam ala ahlussunnah waljamaah annahdliyah dengan memegang kaidah memelihara tradisi lama yang baik dan bertransformasi dengan tradisi baru yang lebih baik.’’
Mauidloh hasanah kemudian ditutup dengan do’a. Setelah itu dilanjukan berziarah di makam salah satu muasis NU setempat, yaitu makam Mbah Krian (belakang Masjid Mi’rojul Mutaqinallah, Jejeran). (red015)
Kontributor: Wahdini
Editor: Markaban Anwar