29 May 2025
Komitmen terhadap perlindungan perempuan dan anak serta pentingnya edukasi kesehatan reproduksi kembali menjadi sorotan utama di Kabupaten Bantul. Pada Rabu, 28 Mei 2025, bertempat di Kantor Pengurus Cabang Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Bantul di Kowang, Jetis, digelar kegiatan bertajuk “Sosialisasi Penanggulangan Kekerasan pada Perempuan dan Anak serta Kesehatan Reproduksi.”
Acara ini menyasar para aktivis perempuan Nahdlatul Ulama serta kalangan pesantren, dengan tujuan memperkuat peran komunitas dalam menciptakan lingkungan yang aman, sehat, dan berdaya bagi semua.
Kegiatan ini terselenggara berkat sinergi antara PC Muslimat NU Bantul dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Bantul, sebagai bagian dari komitmen bersama membangun masyarakat yang lebih peduli dan responsif terhadap isu-isu perempuan, anak, dan kesehatan keluarga.
Ketua PC Muslimat NU Bantul, drg. Siti Roihanah Munawaroh, M.Ph, dalam sambutannya mengungkapkan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan tersebut. Ia menekankan pentingnya sinergi antara organisasi perempuan dengan pemerintah daerah dalam memperkuat edukasi masyarakat, khususnya di lingkungan pesantren.
“Kami berharap kegiatan ini tidak hanya menambah wawasan, tetapi juga memperkuat kelembagaan perempuan dalam jaringan Nahdliyin untuk ikut aktif mencegah kekerasan dan menjaga kesehatan perempuan sejak dini,” ujar drg. Siti Roihanah.
Senada dengan hal tersebut, Kasi Pembinaan Kelembagaan Bidang Keluarga Berencana DP3AP2KB Bantul, Lilis Wijayanti, S.Sos., MM, juga menyoroti pentingnya peran organisasi perempuan dalam mendukung program pemerintah.
“Sinergi antara pemerintah dan organisasi perempuan seperti Muslimat NU sangat penting. Bersama-sama, kita bisa memberikan pelayanan maksimal, terutama dalam mewujudkan Kabupaten Bantul sebagai Kabupaten Layak Anak,” ujarnya.
Acara ini juga menghadirkan dua narasumber kompeten. Psikolog Retno Palupi Agustini, M.Psi, menyampaikan materi terkait upaya pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Ia menekankan pentingnya peran keluarga serta lembaga pendidikan, terutama pesantren, dalam menanamkan nilai-nilai penghargaan terhadap perempuan dan anak.
“Pendidikan sejak dini, terutama di lingkungan pesantren, menjadi kunci untuk membentuk generasi yang peduli dan menghargai sesama, khususnya kelompok rentan seperti perempuan dan anak,” jelas Retno.
Sesi berikutnya diisi oleh Bidan Sumaryati, S.ST., Keb., S.Pd yang membahas pentingnya kesehatan reproduksi. Ia memberikan edukasi praktis melalui simulasi SADARI (Periksa Payudara Sendiri), sebagai langkah awal deteksi dini terhadap kanker payudara.
Suasana diskusi berlangsung interaktif dan hangat. Para peserta yang terdiri dari anggota Muslimat NU, tenaga pendidik, hingga santri pondok pesantren, tampak antusias mengikuti paparan materi dan aktif bertanya dalam sesi diskusi.
Kegiatan ini merupakan bentuk nyata gerakan bersama dan kolaborasi antara pemerintah dan organisasi masyarakat dapat memperkuat upaya pencegahan kekerasan serta meningkatkan kesadaran kesehatan reproduksi di lingkungan pondok pesantren yang selama ini menjadi pilar pendidikan moral dan spiritual.
Kontributor: Markaban Anwar