Berita

GUS DUR SANG PEMBELA MINORITAS ETNIS KEAGAMAAN

04 June 2024

Unduh gambar :

Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) DIY bersama dengan DPRD DIY menggelar bedah buku “Gus Dur: Pembela Minoritas Etnis Keagamaan, Pecinta Ulama Sepanjang Zaman” di Kantor PCNU Bantul, Senin (3/6/2024) pagi.


Buku yang dibedah tersebut merupakan karya Umaruddin Masdar, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi DIY periode 2019-2024. Selain Umaruddin Masdar, pembicara lainnya adalah KH. Damanhuri, Rois Syuriah PCNU Bantul dan Anton Sujarwo dari Penerbit Cantrik.


Umaruddin Masdar menuturkan bahwa Gus Dur telah dikenal luas dalam pergumulan politik dan intelektual Indonesia pada awal 1970-an yang pada masa itu dunia pesantren dan kalangan kiai dipandang sebagai kaum tradisional yang kurang diperhitungkan.


"Saat itu (kiai, pesantren dan NU) diremehkan baik oleh pejabat pemerintah maupun kaum intelektual muslim perkotaan, disingkirkan dari politik secara sistematis, dan hanya dianggap sebagai beban atau penghambat modernisasi dan pembangunan," ungkap politisi Partai Kebangkitan bangsa (PKB) ini.


"Gus Dur yang menjembatani dunia keulamaan tradisional dan pemikiran modern, mendukung sintesis intelektual reformis dan agenda sosial yang membedakan antara doktrin-doktrin atau hukum-hukum agama yang baku dengan argumentasi logis dan menjawab perubahan sosial."


Menurutnya, pemikiran Gus Dur berangkat dari keinginan untuk menunjukkan kepada khalayak ramai bahwa ajaran Ahlussunnah wal Jamaah yang dipertahankan oleh kalangan kiai pesantren, dengan kitab-kitab klasik sebagai muqarrar-nya, masih sangat relevan untuk dicerdasi sebagai pijakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.


Di tempat yang sama, KH Damanhuri mengemukakan pentingnya mengkaji dan menuliskan pemikiran Gus Dur. Beliau mengapresiasi buku Umaruddin Masdar yang bisa menuliskan pemikiran-pemikiran dan ketokohan Gus Dur.


“Bahkan di kalangan nahdliyin, secara personal tidak banyak yang mengenal Gus Dur secara langsung, dalam artian akrab dengan Gus Dur. Hanya orang-orang beruntung saja bisa akrab dengan Gus Dur. Umumnya orang mengenal sosok Gus Dur melalui tulisan-tulisanya. Ketokohan dan pemikiran Gus Dur telah dikenal masyarakat baik nasional maupun internasional itu berkat tulisannya,” ujar Kiai Damanhuri.


“Dalam konteks itulah, buku Umaruddin Masdar perlu kita apresiasi. Patut disadari bahwa lewat tulisan dan pemikirannya, sepak terjang Gus Dur bisa dikenal luas sebagai pejuang kemanusiaan. Gus Dur juga dikenal sebagai tokoh pluralisme, pembela minoritas etnis keagamaan, dan pejuang demokrasi,” sambung Kiai Damanhuri.


Sementara itu, Kepala Bidang Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan DPAD DIY, Muhammad Rosyid Budiman menuturkan bahwa bedah buku tersebut diselenggarakan untuk meningkatkan minat baca masyakat.


“Menurut data Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Yogyakarta menjadi provinsi yang penduduknya paling gemar membaca pada 2023. Yogyakarta sebagai peringkat teratas nasional ini akan terus kita jaga. Kegiatan bedah buku adalah salah satu upaya DPAD DIY untuk meningkatkan minat baca masyarakat, selain itu juga untuk mempertahankan peringkat gemar membaca di Provinsi DIY, “ terang Rosyid.


DPAD DIY berupaya mengajak masyarakat untuk gemar membaca melalui buku fisik maapun digital yang telah disediakan DPAD DIY.


“Saat ini DPAD DIY telah menyediakan aplikasi baca digital melalui aplikasi iPusnas yang dapat diunduh di play store. Harapannya budaya gemar membaca dapat digalakkan di seluruh lapisan masyarakat,” tambah Rosyid. (red015)


Kontributor: Markaban Anwar

BERITA LAINNYA