Berita

LAILATUL IJTIMA MWCNU SEWON, GUS RUM TEKANKAN PENTINGNYA PERKUAT AKIDAH

05 June 2025

Unduh gambar :

Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kapanewon Sewon kembali menggelar Lailatul Ijtima yang menjadi agenda rutin bulanan sebagai sarana penguatan spiritual dan konsolidasi warga nahdliyin, Rabu (4/6/2025). Kali ini bertempat di Masjid Al Amin, Padukuhan Miri Kulon, Kalurahan Pendowoharjo, kegiatan ini dihadiri oleh ratusan jamaah dari berbagai unsur: pengurus harian MWC, perwakilan lembaga, serta Pengurus Ranting NU dari Pendowoharjo, Panggungharjo, Timbulharjo, dan Bangunharjo, beserta warga dan simpatisan NU yang datang dengan semangat kebersamaan yang tinggi.


Semaraknya kegiatan malam itu menjadi cermin komitmen dan kekompakan warga NU dalam menjaga dan merawat warisan keislaman yang moderat, toleran, dan berakar kuat pada ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah an-Nahdliyah. Lailatul Ijtima’ kali ini menghadirkan KH. Rumaizizat atau yang akrab disapa Gus Rum sebagai pengisi pengajian inti, yang senantiasa dikenal dengan gaya penyampaian yang lugas, dalam, namun membumi.


Dalam tausiahnya, Gus Rum menekankan pentingnya penguatan akidah Aswaja An-Nahdliyah sebagai fondasi umat dalam menjalani kehidupan. Beliau mengangkat tema tentang *warisan ilmu* sebagai nilai agung dalam Islam. Salah satu kutipan yang disampaikan berasal dari dialog antara Sayyidah Fatimah RA dan Abu Bakar RA pasca wafatnya Nabi SAW, yang menggambarkan bahwa ilmu adalah warisan paling luhur dan strategis bagi keberlanjutan umat.


“Ilmu adalah warisan Nabi. Maka, siapa yang menjaga ilmu, dia menjaga warisan kenabian,” tegas Gus Rum di hadapan jamaah. Beliau mengajak seluruh warga NU untuk tidak hanya belajar, tetapi juga mewariskan ilmu kepada generasi selanjutnya sebagai benteng menghadapi tantangan zaman, fitnah digital, hingga krisis moral yang meresahkan.


Tak hanya itu, Gus Rum juga membahas tentang praktik jabat tangan atau *salaman* usai shalat yang kerap menjadi bahan diskusi di tengah masyarakat. Menurut beliau, meski Nabi Muhammad SAW tidak secara eksplisit mempraktikkannya, salaman tetap dihukumi sunnah berdasarkan pertimbangan ijtihadiyah ulama. “Ini masalah khilafiyah. Tidak semua yang tidak dilakukan Nabi berarti bid’ah. Ada ruang ijtihad yang dibuka dalam fiqih. Salaman setelah shalat bisa menjadi wasilah memperkuat ukhuwah,” jelasnya.


Pandangan tersebut mencerminkan kekayaan khazanah keilmuan Islam yang dinamis dan penuh hikmah. Gus Rum menegaskan bahwa perbedaan dalam hal-hal cabang (furu’) adalah rahmat, bukan pemicu perpecahan.


Lailatul Ijtima’ bukan hanya tempat mendengar ceramah. Di dalamnya tersirat misi besar: menjaga sanad keilmuan, membumikan nilai-nilai Islam yang ramah dan inklusif, serta merawat tali silaturahmi antar warga nahdliyin. MWCNU Sewon terus berkomitmen menjadikan forum ini sebagai ruang edukasi, konsolidasi, dan inspirasi.


Ketua Tanfidziyah MWCNU Sewon, Kiai Jumadi dalam sambutannya, menyampaikan apresiasi atas semangat seluruh pengurus ranting dan warga yang hadir. “Semoga majelis ini tidak hanya menjadi rutinitas, tapi menjadi api penyulut semangat dakwah dan penguatan jamaah NU di Sewon,” ujarnya.


Kegiatan ini ditutup dengan ramah tamah sambil menikmati hidangan yang disediakan panita, yang menjadi simbol eratnya ukhuwah islamiyah antar pengurus NU Sewon. Semoga semangat dari Lailatul Ijtima ini senantiasa terpatri dalam keseharian, memperkuat jati diri umat Islam yang santun, cerdas, dan teguh dalam keimanan.


Kontributor: Syarif Jabroni

BERITA LAINNYA