23 April 2025
KH Drs. Murtadlo, Wakil Rois Syuriah PCNU Bantul, mengungkapkan bahwa Pengajian Ahad Pahing merupakan pengajian umum tertua yang masih eksis hingga kini.
Pernyataan itu disampaikan dalam tausiahnya di acara Halal bi Halal 1446 H yang digelar oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Bantul pada Ahad (20/4/2025). Bertempat di kantor PCNU Bantul, Jl. Marsda Adisucipto No.45, Bantul.
Kegiatan Halal bi Halal tahun ini dibarengi dengan acara pamitan jamaah haji dari kalangan Nahdliyin se-Kabupaten Bantul, sekaligus menjadi momen istimewa dengan pembukaan kembali Pengajian Ahad Pahing, sebuah tradisi pengajian legendaris yang telah menjadi ikon spiritual NU Bantul sejak lebih dari setengah abad lalu.
Pengajian Ahad Pahing pertama kali diasuh KH Abdul Qodir Munawwir, pengajian ini kemudian dilanjutkan oleh para tokoh besar NU seperti KH Ali Maksum dan KH Mufid Mas’ud.
“Pengajian Ahad Pahing bahkan bisa dibilang pengajian paling bergengsi, sebab pendirinya adalah KH Abdul Qodir Munawwir, yang dilanjutkan KH Ali Maksum dan KH Mufid Mas'ud,” ungkap Kiai Murtadlo.
Selanjutnya, KH Murtadlo memulai kajian perdana Ahad Pahing tahun ini dengan menyampaikan tafsir Al-Ibriz, sebagai simbol istiqomah spiritual dan keilmuan para ulama pendahulu.
Kajian berikutnya disampaikan oleh Prof. Dr. KH Abdul Mustaqim, Guru Besar Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Beliau membagikan tiga petuah kearifan Jawa dari para winasis (cerdik pandai), para filsuf Jawa: yakni 1) “sirna dalaning pati”dalam makna supaya kita menghilangkan sifat iri hati dan benci kepada siapa saja; 2) “nursifat” yang bermakna supaya kita bisa menjadi nur (penerang) bagi siapa saja, menjadi orang yang bermanfaat bagi sekitar; dan 3) “kebak tanpo luber” maksudnya kita harus hidup biasa-biasa saja. Sekaya apapun punya harta, setinggi apapun ilmu dan pangkat, jangan terlihat menunjukan diri tetaplah sederhana.
Petuah-petuah tersebut menjadi refleksi penting bagi warga NU dalam menjalani hidup yang penuh makna dan kebermanfaatan.
Acara ini tidak hanya menjadi ajang silaturahmi, tetapi juga momentum strategis untuk memperkuat identitas ke-NU-an, melestarikan tradisi, serta mengokohkan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah di Kabupaten Bantul. Dengan semangat kebersamaan dan keteladanan dari para ulama, NU Bantul terus berupaya menjadi garda terdepan dalam menjaga ajaran dan budaya Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Kontributor: Markaban Anwar