Berita

PENGASUH PESANTREN PUTRI SE-NUSANTARA LAKUKAN SILATURAHIM NASIONAL DI PONDOK PESANTREN KRAPYAK

05 November 2025

Unduh gambar :

Forum silaturrahim pengasuh pesantren se-DIY yang secara berkala diadakan RMI PWNU DIY dengan sebutan DAMPARAN sekaligus Pembukaan Silatnas Bunyai Nusantara Ke-empat baru saja selesai diselenggarakan di Pondok Pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum Yogyakarta. Kegiatan Silaturrahim Bunyai Nusantara ke-empat kali ini dilaksanakan selama dua hari, yaitu Sabtu & Ahad (1-2/11/2025). Kegiatan Damparan sekaligus Pembukaan Silaturahim Bunyai Nusantara dilakukan di Pondok Pesantren Krapyak Yayasan Ali Maksum Yogyakarta sedangkan kegiatan Silaturahim yang diisi dengan seminar nasional dilaksanakan di Universitas Alma Ata Yogyakarta. Kegiatan Silatnas ini mengambil Tema ”Transformasi Standar Pesantren: Merawat Tradisi, Membangun Inovasi”


Kegiatan ini dihadiri oleh para pimpinan pengasuh pesantren NU (kyai dan ibu nyai) se-DIY dan pengasuh pesantren putri (ibu nyai) dari berbagai wilayah di Nusantara, dengan total kurang lebih 600 peserta. Acara pembukaan diawali dengan sambutan dari para tokoh agama dan pejabat termasuk Ibu Nyai Hj. Dra. Ida Rufaida Ali, Gusti Kanjeng Ratu Hemas, serta keynote speech oleh Ketua Umum PBNU Dr. (HC) K. H. Yahya Cholil Staquf. Pemukulan gong dan rangkaian doa menandai pembukaan resmi kegiatan silaturahim nasional Bunyai Nusantara yang Ke-empat.


Acara Damparan sekaligus pembukaan Silatnas dilaksanakan pada hari pertama, Sabtu, 1 November 2025, di PP Krapyak Yayasan Ali Maksum Yogyakarta. Kegiatan ini diawali dengan lantunan shalawat Mahallul Qiyam oleh Ibu Nyai Hj. Nurhanah Zamzami, dilanjutkan dengan pembacaan tahlil oleh Ibu Nyai Hj. Luthfiyah Jirjis. Kehadiran Gusti Kanjeng Ratu Hemas dan Gusti Mangkubumi menjadi simbol dan dukungan tentang pentingnya peran perempuan dalam pembangunan sumber daya manusia, khususnya dalam bidang pendidikan. Dalam sambutannya, GKR Hemas memaparkan sejarah peran ulama perempuan dalam pembangunan bangsa Indonesia. Selanjutnya, sambutan ketua PBNU juga meneguhkan besarnya peran Ibu Nyai dalam pengelolaan pesantren dari dulu sampa saat ini. Kegiatan dilanjutkan dengan penampilan seni tradisional santri, tari saman.


Tema sentral kegiatan pembukaan adalah transformasi pesantren melalui perawatan tradisi dan inovasi, dengan fokus khusus pada peran strategis perempuan pengasuh pesantren (Ibu Nyai) dalam menjaga nilai-nilai agama dan mengembangkan pendidikan perempuan, termasuk upaya pencegahan kekerasan seksual. Diskusi menyoroti sejarah dan tantangan modern yang dihadapi pesantren, pentingnya kolaborasi, serta konsolidasi antar pesantren untuk menghadapi isu sosial seperti perundungan. Acara ini juga memperkuat jaringan perempuan pesantren dari berbagai daerah sebagai pusat pendidikan dan pemberdayaan masyarakat, ditutup dengan penghargaan tokoh inspiratif dan doa untuk kemajuan serta keberkahan pesantren di Nusantara.


Kegiatan inti Silaturahim Nasional yang diisi dengan seminar diaksanakan pada hari kedua, Ahad, 2 November 2025 di Universitas Alma Ata Yogyakarta. Sambutan Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) PWNU DIY, KH. M. Nilzam Yahya, MA. menekankan pentingnya sinergi antara tradisi pesantren dan inovasi modern serta posisi pesantren sebagai mitra strategis negara dalam membangun pendidikan bermartabat. Selanjutnya, rektor Universitas Alma Ata, Prof. dr. KH. Hamam Hadi, M.S., Sp.GK., D.Sc. memaparkan bahwa Kampus Alma Ata menjadi contoh sukses transformasi yang menggabungkan tradisi keagamaan dan kemajuan akademis, termasuk pembukaan fakultas kedokteran dan peningkatan peringkat universitas.


KH. Hodri Ariev, Ketua RMI PBNU menyampaikan keynote speech tentang standar pesantren masa depan. Beliau membahas enam aspek transformasi yang harus dilakukan pesantren: pengasuhan, kurikulum, sumber daya manusia, tata kelola, kelembagaan, dan infrastruktur dengan tetap fokus menjaga tradisi sambil berinovasi agar relevan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan global. Transformasi ini penting agar lulusan memiliki ilmu agama dan umum, akses ke birokrasi dan teknokrasi serta mampu menghadapi dinamika sosial ekonomi modern. Peran sentral Bu Nyai dalam kepengasuhan dan pengelolaan pesantren juga disoroti sebagai kunci keberlangsungan dan kemajuan pesantren.

Kegiatan inti seminar nasional dibawakan oleh 3 narasumber yang semuanya merupakan Bunyai sekaligus akademisi. Ibu Ny. Hj. Dr. Hindun Anisah, MA., memaparkan tentang kurikulum integratif pesantren; Ibu Nyai Hj. Dra. Badriyah Fayumi, Lc., MA. menjelaskan tentang transformasi kepengasuhan di pesantren, serta Ibu Nyai Hj. Dr. Maya Fitria, M.A., Psikolog menjelaskan tentang pengembangan sumber daya manusia pengelola pesantren. Penekanan seminar diberikan pada pentingnya pengasuhan dan pengembangan SDM di pesantren sebagai lembaga pengasuhan alternatif yang melindungi hak anak dan membangun karakter bangsa. Selanjutnya, diskusi membahas tantangan kekerasan, khususnya kekerasan seksual, serta sistem pengasuhan yang melibatkan aktif pengasuh guna mengurangi risiko tersebut. Selain itu, peningkatan kualitas SDM, kurikulum adaptif, jaringan antar pesantren, dan pengakuan peran strategis Bu Nyai dalam manajemen pesantren menjadi fokus utama. Dialog dan tanya jawab memperkaya pemahaman isu mental health santri dan perilaku oknum pengasuh muda serta solusi budaya dan struktural untuk masa depan pesantren yang lebih beradab. Sesi penutupan dilakukan dengan memberikan penghargaan kepada narasumber dan peserta terpilih. Acara ini menegaskan pentingnya semangat dan kolaborasi perempuan pesantren dalam mendorong kemajuan pesantren dan perempuan Nusantara secara keseluruhan.


Kontributor: Lina, Maya

BERITA LAINNYA