06 March 2023
Tim Media PCNU Bantul, yang diwakili Drs. Sutanto dan Wirandi Wicaksono, S.Kom, mengikuti Pelatihan Jurnalistik yang digelar Badan Pelaksana Penyelenggara (BPP) Media Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DIY yang menghadirkan narasumber anggota DPD RI asal DIY, DR. H. Hilmy Muhammad, Rois Syuriah PWNU DIY, KH. Mas`ud Masduqi, Direktur Lembaga Pengkajian Teknologi Informasi Pelataran Mataram (LPTI PM) Yogyakarta, Husein Asyharie, S.HI, Jurnalis SKH.Kedaulatan Rakyat, Febrianto, di aula KH. Abdurrahaman Wahid, lantai 2 Kantor PWNU DIY, Sabtu (4/3/2023).
Sekretaris PCNU Bantul, Ahid Mahsun Yusuf menjelaskan, dua utusan tersebut dipandang mampu untuk nantinya turut mempublish kegiatan-kegiatan warga nahdliyin yang ada di Bantul.
“Pak Sutanto kami pandang mampu dalam bidang pemberitaan sedangkan mas Wirandi mendukung pemberitaan dalam bidang foto dan video,” terang Ahid.
Ketua Penyelenggara, H. Fahmy Akbar Idries, SE., MM menjelaskan, ada 32 peserta yang mengikuti berasal dari utusan PCNU dan Badan Otonom (Banom) dibawah naungan NU. Pelatihan bertujuan agar kader NU mengenal, mengetahui dan mendalami seluk beluk jurnalistik, baik itu mengenai terbitan media (cetak maupun online) termasuk trik dan tips menulis di media massa.
DR. H. Hilmy Muhammad atau yang akrab disapa Gus Hilmy menyampaikan terimakasih kepada BPP Media PWNU DIY telah berhasil melaksanakan kegiatan pelatihan. Dirinya mengharap dari pelatihan ini dapat melahirkan jurnalis baru/ kader jurnalis yang baik terlebih menghadapi Pemilu 2024
“Saya ingin Pemilu mendatang lebih bersih dan beritanya berimbang. Melalui pelatihan ini semoga memunculkan kader jurnalis NU yang mampu membuat berita yang bagus, dapat terkurangi hoaks maupun berita yang menjelekkan dan memfitna,” harapnya.
Sedangkan Jurnalis SKH Kedaulatan Rakyat, Febrianto, S.Kom menyampaikan definisi jurnalistik beserta contohnya, produk jurnalistik, ketentuan membuat judul. Menurutnya dalam membuat judul jangan lebih dari 7 kata dan dibuat yang menarik agar membuat orang penasaran ingin membaca. Dalam membuat berita mesti menggunakan kalimat efektif, panjang berita 5-7 alinea.
“Usahakan dalam satu kalimat satu tanda koma saja, gunakan kalimat aktif / melakukan. Jangan lupa gunakan kata / kalimat yang mudah dimengerti pembaca. Maka sebelum berita kita kirim, baca berulang-ulang dengan memposisikan kita sebagai pembaca,” tandasnya.
Rois Syuriah PWNU DIY, KH. Mas`ud Masduqi mengingatkan, dalam segala hal harus diniatkan ibadah, termasuk dalam mengikuti pelatihan.
“Masyarakat banyak yang bertanya tentang NU, baik program maupun capaiannya. Untuk itu peran jurnalis sangat strategis agar masyarakat lebih tahu banyak informasi terkait hal itu,” kata kyai yang kharismatik tersebut.
Direktur LPTI PM Yogyakarta, Husein Asyharie mengupas karakteristik media sosial seperti: twiter, facebook, instagram, tiktok, dan youtube. Twiter bersifat ekspresif, usia random, disukai untuk perang argumen. Facebook berbasis komunitas, pengguna25-49 banyak digunakan mencari teman. Instagram kontennya dapat viral kapanpun, usia pengguna di bawah 3 tahun.Youtube tak sepenuhnya sosial media namun banyak interaksi melalui komen.Sedangkan tiktok auidensnya aktif setiap hari banyak digunakan usia 10-29 tahun.
“Dari medsos tersebut, yang paling efektif untuk mengangkat sesuatu menjadi isyu nasional adalah twiter,” imbuh Febri.
Kontributor: Drs. Sutanto