09 February 2022
Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) Kalurahan Bangunharjo kembali menggelar Lailatul Ijtima pada hari Senin (07/02/2022) ba’da Isya’, di Dalem Smile, Dusun Semail, Bangunharjo, Sewon Bantul, Yogyakarta.
Penyelenggaraan Lailatul Ijtima’ adalah agenda rutin PRNU Bangunharjo yang kali ini sekalian dengan kegiatan safari Kotak Infak (KOIN) NU untuk menyapa warga hahdiyin yang ada di Kalurahan Bangunharjo. Harapannya untuk supaya makin terjalin erat hubungan antara pengurus dan anggota NU di Kalurahan Bangunharjo.
Kegiatan ini dilaksanakan setiap Malam Selasa Kliwon, bergiliran masing-masing Pedukuhan Anak Ranting di 17 pedukuhan di wilayah Kalurahan Bangunharjo.
Acara dihadiri sekitar 350 jamaah. Dimulai dengan gelaran hadroh, sambutan-sambutan oleh tokoh masyarakat di antaranya Kyai Musaini selaku Ketua Tanfidziyah Ranting Bangunharjo, dan Bapak Sumarjo selaku Kepala Dukuh Semail, dilanjutkan dengan dzikir tahlil, sholawatan, do’a, dan mauidhoh hasanah.
Mauidhoh hasanah disampaikan oleh Ketua Tanfidziyah MWCNU Sewon Kiai Nurhidayat. S Ah, MSI, yang juga merupakan calon Lurah Bangunharjo periode 2022-2027.
Dalam kesempatan tersebut Kiai Nurhidayat menjelaskan tentang bagaimana seharusnya anggota atau jamaah NU memiliki prinsip yang sama dalam kehidupan seperti yang dikehendaki para pendiri NU, KH. Hasyim Asyari.
Pertama, at-Tawassuth atau sikap tengah-tengah, tidak ekstrim kiri ataupun ekstrim kanan. Dengan kata lain sewajarnya saja,.Ini disarikan dari firman Allah SWT:
<>وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطاً لِّتَكُونُواْ شُهَدَاء عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيداً
“Dan demikianlah kami jadikan kamu sekalian umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas manusia umumnya dan supaya Allah SWT menjadi saksi atas kamu sekalian”. (QS al-Baqarah: 143).
Kedua at-Tawazun, seimbang dalam segala hal.
Ketiga at-Tasamuh, toleransi, yakni sikap menghargai perbedaan serta menghormati orang yang memiliki prinsip hidup yang tidak sama.
Kiai Nurhidayat juga menjelaskan tentang keistimewaan bulan Rajab. Ada beberapa hal yang beliau jelaskan, antara lain:
Bulan Rajab merupakan bulan yang mulia, karenanya umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadahnya seperti shalat, puasa, shalawat, istighfar, berdzikir, membaca Al Qur'an, sholawat, tahlil, dan bersedekah untuk menggapai ridho Allah SWT.
Memperbanyak taubat kepada Allah SWT dengan beristighfar sangat dianjurkan di bulan Rajab, Rasulullah SAW yang sudah jelas dijamin masuk surga saja masih rutin beristighfar setiap malamnya, maka kita yang cuma manusia harus lebih banyak beristighfar.
Kyai Nurhidayat juga menganjurkan kepada para jamaah untuk berdoa selama bulan Rajab dengan doa populer agar dipertemukan pula dengan bulan Ramadhan dan doa yang dianjurkan yaitu:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
"Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan".
Beliau juga menjelaskan bahwasanya selama bulan Rajab amal baik dan amal buruk, ganjaran atau hukumannya dilipatgandakan. Ada konsekuensi logis untuk setiap perbuatan kita baik itu yang baik ataupun yang buruk. Sebagai muslim yang cerdas mestinya kita bisa bersikap dengan cerdas yakni memperbanyak amal baik dan meminimalkan perbuatan buruk selama bulan Rajab khususnya, dan lebih bagus lagi kalau bisa selama-lamanya. (red015)
Kontributor: Sarif Jabroni